gerakan kahar muzakar muncul sebagai akibat

2024-05-17


Latar Belakang Pemberontakan. Nurul Azizah melalui artikel "Corry Van Stenus, Perempuan dalam perjuangan Abdul Qahhar Mudzakkar" dalam jurnal Rihlah (volume 8, No. 1, 2020) mengungkapkan, pada 1950, Sulawesi sedang dilanda konflik internal, yakni pihak gerilyawan dengan angkatan darat.

Namun, kata sepakat tidak tercapai dan Kahar tidak jadi menyerah. Meski kekuatan Kahar Muzakkar makin melemah pada 1960-an, Kahar baru berhenti melawan setelah tertembak di sekitar Sungai Lasalo oleh pasukan Siliwangi pada 3 Februari 1965. Kendati demikian mitos Kahar Muzakkar terus hidup setelah kegagalannya menjadi Pejabat Khalifah.

Pada tanggal 3 Februari 1965, melalui Operasi Tumpas yang dipimpin langsung oleh Jenderal M. Jusuf, Kahar Muzakkar dinyatakan tertembak mati dalam pertempuran antara pasukan TNI dari satuan Divisi Siliwangi Kujang I 330 dan anggota pengawal Kahar Muzakkar di Lasolo. Kahar tewas setelah butir Peluru dari Kopral Ili Sadeli bersarang di tubuhnya.

Pemborontakan Kahar Muzakkar, merujuk suatu kenyataan bahwa hubungan pusat dan daerah sangat lemah dan tidak efektif. Apalagi orang-orang daerah tidak menganggap sebelah mata kepada " orang-orang pusat".yang acap kali diidentifikasikan sebagai bentuk dominasi.

Di masa muda, Kahar Muzakkar dibuang ke Jawa lantaran melawan adat setempat. Revolusi menjadikannya seorang letnan kolonel. Kahar menimba ilmu di Standarschool milik Muhammadiyah dan lulus pada 1935. Setelah itu ia lanjut ke Muallimin Solo, sekolah guru milik Muhammadiyah. Di Muhammadiyah, ia aktif di Hizbul Wathan (HW).

Tetiba telepon pun terputus. Bagi Anhar Gonggong, wajar jika masih ada orang-orang yang meyakini Kahar Muzakkar masih hidup. Sebagai tokoh kharismatik dan berpengaruh di wilayah Sulawesi, tak sedikit para pengagumnya yang "tetap menginginkannya" hidup.

Ia menemui gerilyawan yang kebanyakan ingin bergabung sebagai Tentara Nasional Indonesia. Kahar berusaha mengakomodir para gerilyawan yang dikenal sebagai Komando Gerilya Sulawesi Selatan tersebut. "Pada 1 Juli 1950, Kahar bertemu Kolonel Alex Kawilarang (Panglima tentara Indonesia Timur).

Di masa lalu, nama Kahar Muzzakar sangat lekat dengan peristiwa pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia), dimana kelompok tersebut dianggap sebagai ancaman kedaulatan NKRI karena mendeklarasikan Republik Persatuan Islam Indonesia (RPII).

Pasukan yang dipimpin Kahar banyak melakukan serangan mendadak ke pos-pos TNI, melakukan sabotase perusakan jembatan, penculikan dokter dan pendeta-pendeta Kristen untuk bekerja di sekolah dan klinik DI/TII. Selain itu Kahar sering melakukan propaganda memojokkan pemerintah seperti menyiarkan berita bahwa ada komunis dalam pemerintahan RI.

Pemberontakan Kahar Muzakkar. Kahar Muzakkar ditembak mati pada Hari Raya Idulfitri. Jenazahnya dikenali dari tahi lalat, gigi emas, dan celana dalam. Oleh Betaria Sarulina | 05 Nov 2019.

Peta Situs